Kamis, 05 April 2012

Wisata Kuliner dan Keunikan Cita Rasa Masakan Khas Aceh


Pariwisata telah menjadi sebuah industri yang sangat penting dan strategis dalam rangka mendukung pembangunan sebuah bangsa atau daerah melalui pemberdayaan perekonomian dan penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat.

Berbagai potensi yang ada di daerah yang memiliki keunikan serta nilai tambah terus dibangun dan dikembangkan dalam bentuk keindahan alam, atraksi budaya, sejarah masa lalu, keramah-tamahan masyarakat serta masakan khas daerah atau “wisata kuliner”. Wisata kuliner atau “Culinary Tourism” adalah sebuah industri yang baru berkembang dan telah berhasil menarik minat wisatawan untuk menambah pengalaman dan tantangan dengan menikmati berbagai jenis makanan sebuah daerah yang memiliki keunikan dan kesan tersendiri pada saat melakukan perjalanan wisata “the pursuit of unique and memorable culinary experience of all kinds, often while travelling (Erik Wolf, 2006).

Wisatawan yang berkunjung ke sebuah daerah tujuan wisata dapat menikmati berbagai jenis makanan dan minuman dengan rasa dan aroma yang khas yang disediakan oleh tuan rumah. Namun, hal yang dianggap penting dan perlu diperhatikan oleh tuan rumah dalam upaya menambah kesan positif serta pengalaman bagi wisatawan yang datang adalah dengan memperlihatkan secara langsung kepada wisatawan proses pembuatan makanan yang dikatakan “special dan khas” tersebut serta membangun kesan keramahan melalui interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan.

Melalui promosi wisata kuliner selain jenis pariwisata lainnya, masyarakat lokal dapat menambah pendapatan, membangun tanggung jawab moral untuk memelihara khazanah masakan khas daerah, sekaligus menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat. Namun demikian, produk masakan khas daerah perlu disediakan dengan mengutamakan pelayanan menarik, unik, alami, higenis dan cepat, sehingga akan menambah kesan positif dan menarik minat wisatawan untuk datang.

Aceh yang terletak di kawasan paling barat Republik Indonesia dengan berbagai kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam, dari hutan tropis yang luas dan lebat, sumber daya laut dan sungai, pertanian, perkebunan sampai peternakan, memiliki berbagai jenis masakan tradisional dengan resep masakan berasal dari warisan nenek moyang “indatu” yang disebut “Makanan Khas Aceh”. Masyarakat Aceh yang mayoritas beragama Islam pada umumnya mengkonsumsi nasi yang dipadu dengan beberapa jenis makanan utama lainnya, seperti sayuran, ikan, daging lembu, daging kerbau, daging kambing, daging ayam, daging itik, dan lain-lain.

Wisata kuliner Aceh yang terdiri dari makanan dan minuman khas Aceh dapat dijumpai dengan mudah pada berbagai tempat di Aceh yang berkisar dari produk mie, ikan (laut, sungai dan danau), kari (ikan, kambing, ayam kampung, bebek, lembu, angsa, domba dan rusa), ikan kayu, sayur-sayuran, kue khas Aceh, kopi dan bandrek. Masakan khas Aceh, seperti Mie Aceh dan Kari Aceh telah menjadi icon kuliner kuliner Aceh karena menggunakan bahan utama yang berasal dari tanah Aceh, seperti bahan rempahan. Ada Beberapa masakan khas Aceh yang berbentuk makanan dan minuman sudah mulai terkenal dan menjadi pangsa pasar baru yang menjanjikan bagi masyarakat Aceh. Makanan khas Aceh mulai digemari oleh siapapun yang berkunjung ke Aceh karena keunikan dan kelezatannya serta keunikan dalam pembuatannya.

Pada umumnya, makanan Aceh tidak menggunakan bahan penyedap atau bahan pengawet yang dapat membahayakan kesehatan tubuh, melainkan menggunakan sumber bahan alami dan segar yang berasal dari tanah Aceh. Resep makanan khas Aceh yang berasal dari warisan nenek moyang Aceh “indatu” dengan rasa dan aroma yang unik masih terus dikembangkan dan dipelihara sampai sekarang. Meskipun, beberapa daerah lainnya juga memasak makanan yang sama (makanan khas Aceh), namun rasa dan aromanya masih sangat jauh berbeda.

Makanan khas Aceh juga dipercaya dapat menambah stamina, sekaligus dapat menyembuhkan penyakit karena bahan utama yang digunakan untuk memasak mengandung berbagai jenis rempah-rempah dan tumbuh-tumbuhan tertentu yang hanya tumbuh di Aceh, seperti kayu manis, lengkuas, jahe, kunyit, serai, cenkeh, belimbing wuluh, asam sunti (belimbing wuluh yang dikeringkan dan diperam dengan garam), batang pisang muda, bunga kala, dll. Makanan khas Aceh selain dimasak untuk konsumsi keluarga di rumah, juga dapat dinikmati pada beberapa restauran atau warung di Aceh dan di beberapa kota besar, seperti di Medan, Jakarta, dll. Juga makanan Aceh dapat dinikmati secara gratis pada hari-hari besar agama Islam dan kebudayaan, seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, pesta perkawinan, mak meugang, syukuran maupun pesta-pesta rakyat lainnya. Dijamin tidak seorang pun yang dapat menahan keinginannya untuk tidak menikmati makanan Aceh, seperti Mie Aceh dan Kari Kambing. Bahan makanan khas Aceh umumnya bersumber dari sumber daya laut, pertanian, perkebunan, perternakan, perkebunan, sungai/danau dan beberapa jenis
burung.

Jenis makanan yang berasal dari laut atau sungai dapat berupa ikan hiu, ikan tuna, ikan karang, cumi-cumi, udang, kepiting, jenis ikan sungai, dll. Jenis makanan yang berasal dari pertanian terdiri dari dedaunan (palawija), beras, kala, daun dan bunga pepaya, pisang muda, batang pisang muda, jantung pisang, dll. Jenis makanan yang berasal perkebunan terdiri dari buah nangka muda, dll. Sementara, jenis makanan yang berasal perternakan terdiri lembu,
kambing, itik, domba, ayam kampung, kerbau, rusa, angsa dan beberapa jenis burung lainnya. Semua produk alam tersebut dapat digunakan sebagai bahan utama pembuat makanan khas Aceh, seperti kari kambing, mie Aceh, mie caluk, tumis, sup Aceh “asam keuung”, ikan kayu, kuah pliek, kanji rumbi, dendeng Aceh, sate matang, dll. “Rujak Aceh”yang berasal dari berbagai buah segar juga sangat menantang untuk dicoba setelah menikmati makanan utama dengan rasa sedikit pedas 


* “Kari Aceh” adalah jenis makanan khas Aceh yang paling digemari di Aceh (“Kuah Beulangong” dalam Bahasa Aceh / “Kuah Beulanga” dalam Bahasa Indonesia).
Kari Aceh memiliki rasa yang sedikit pedas yang berwarna kuning. Terdapat empat jenis masakan kari Aceh dengan bahan utama yang berbeda, yaitu :
1.    kari kambing,
2.    kari daging lembu,
3.    kari itik, dan
4.    kari ayam.
Santan buah kelapa dan berbagai bahan masakan lainnya, seperti buah nangka, atau buah pisang muda, cabai merah, cabai keling, kelapa gongseng dan bumbu lainnya merupakan bahan-bahan utama yang menjadikan masakan kari Aceh menjadi istimewa.
Dalam banyak kesempatan, kari Aceh dimasak secara tradisional dengan menggunakan sebuah belanga besar yang dirancang khusus. Pada umumnya, hanya orang-orang lelaki dewasa yang memiliki keahlian memasak yang mampu memasak masakan kari, sehingga akan menjadi daya tarik dan pengalaman tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.

* “Ikan Kayu” atau “Kemamah” merupakan masakan khas Aceh lainnya dengan cita rasanya yang sangat menantang. Persis seperti bentuknya, ikan kemamah terbuat dari ikan tuna yang telah direbus dan dikeringkan yang kemudian diirisiris. Ikan kemamah dapat dimasak dengan menggunakan berbagai bahan masakan, seperti santan kelapa, kentang, cabai hijau dan bahan rempahan lainnya. Selama perang Aceh melawan Belanda di hutan belantara, jenis masakan ini sangat terkenal karena sangat mudah dibawa dan dimasak.

* “Mie Caluk” berbeda dengan mie Aceh yang digoreng atau direbus. Mie caluk juga menjadi masakan favorit masyarakat Aceh karena mie ini menggunakan saus atau bumbu kacang. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan mie caluk juga menggunakan bahan rempahan, sehingga rasa dan aromanya sangat khas dan menggoda.
Aceh juga memiliki beberapa jenis makanan penganan khas lainnya, seperti Kekarah, Timphan, Adee, kueh supet, dll.
Semua jenis penganan tersebut memiliki rasa, bentuk serta bahan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.

* “Kekarah” adalah jenis penganan tradisional Aceh yang berasal dari Aceh pesisir yang dulunya sering dibuat untuk kegiatan pesta perkawinan, kenduri ritual adat dan bingkisan untuk kunjungan silaturahmi dengan sesama anggota keluarga atau kerabat di kalangan masyarakat Aceh pada Hari Besar Islam (Hari Raya).
Sekarang Kekarah dapat jumpai dan dinikmati dimana saja dengan aroma dan rasa yang unik, baik di warung kopi ataupun di toko-toko makanan. Kekarah akan terasa sangat lezat bila dinikmati dengan kopi Aceh yang hangat bersama anggota keluarga dan teman-teman.

* “Timphan” adalah penganan khas Aceh yang sering dibuat pada hari-hari besar agama Islam, seperti menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha. Penganan ini dibuat dari adonan tepung, telur dan parutan kelapa serta dibalut dengan daun pisang muda yang segar.  Timphan sangat terkenal di Aceh serta menarik masyarakat Aceh yang berada di luar Aceh untuk “rindu kampung” dan pulang ke Aceh, khususnya pada saat hari besar agama Islam, seperti Hari Raya Idul Fithri dan Hari Raya Idul Adha.
Banyak ungkapan atau peribahasa dengan kata Timphan, seperti “Uroe got buleun got timphan ma peugoet beumeutemeng rasa” (Hari baik bulan baik timphan ibu buat harus dapat kurasakan).

* “Adee” jenis penganan yang berasal dari Pidie Jaya yang dulunya juga sering dibuat untuk kegiatan keagamaan, pesta perkawinan, kenduri ritual adat dan bingkisan untuk kunjungan silaturahmi dengan sesama anggota keluarga dan kerabat di kalangan masyarakat Aceh, khususnya Hari Besar Islam (Hari Raya).

Adee yang terbuat dari adonan tepung, telur dan santan kelapa memiliki rasa dan aroma yang lezat dan telah terkenal sebagai bingkisan oleh-oleh dari Aceh. Adee dapat dijumpai dan dinikmati dimana saja di Banda Aceh dengan aroma dan rasa yang unik atau di tempat asalnya di Pidie Jaya sambil melihat langsung proses pembuatan Aceh secara tradisional.

* Jenis minuman khas Aceh selain makanan adalah kopi dan bandrek. Aceh Tengah dan Bener Meriah yang berada pada ketinggian 1500 m dpl dengan udaranya yang sejuk tdengan perkebunan kopinya yang terhampar luas. Kopi yang dihasilkan oleh daerah-daerah tersebut sudah sangat terkenal di luar Aceh dan luar negeri yang terdiri dari jenis kopi Arabica dan Robusta dengan kualitas ekspor.
Kopi Aceh terkenal sangat istimewa dan lezat. Kopi telah menjadi minuman utama masyarakat Aceh setiap harinya, baik di rumah, di kantor atau pada berbagai acara pertemuan. Masyarakat Aceh akan kehilangan selera makannya bila tidak mengkonsumsi kopi. Tidak mengherankan bahwa Aceh selain dikenal dengan ”ratusan bangunan Masjid”, juga dikenal dengan ”ratusan warung kopi”. Minum kopi bagi masyarakat Aceh telah menjadi bagian dari kegiatan sosial. Dengan minum kopi dipercayakan dapat mempererat hubungan silaturahmi dan persahabatan, sekaligus hiburan.

Adapun menu yang menjadi kebanggaan orang Aceh dan bila anda ke Aceh pada hari-hari tertentu atau pada ”kenduri” atau pesta perkawinan anak makanan itu akan kita temui, antara lain adalah:

1. Kuah Pliek, ini makanan yang paling disukai oleh masyarakat Aceh, khususnya mereka yang berada di daerah Timur Aceh, khususnya di daerah Aceh Pidie dan sekitarnya. Bahan utama untuk kuah pliek ini adalah Pliek U yaitu sisa perahan kelapa pada pembuatan minyak kelapa bukan melalui pemanasan tetapi melalui pembusukan terlebih dahulu. Kemudian ciri khas lain dari Kuah Pliek ini adalah pencampuran berbagai sayuran yang telah dipotong-potong kecil, termasuk cabe hijau. Jadi kalau makan kuah pliek juga tidak dapat dihindarkan dari rasa pedas.

2. Asam Keueng, ini juga biasanya ditemukan hampir diseluruh kelompok masayarakat Aceh. Kuah Asam Keueng ini mudah didapat di warung-warung Aceh di manapun berada. Bila anda temui ada warung Aceh di Kota anda, tanya aja kuah asam keueng, pasti ada. Kuah asam keueng ini adalah masakan ikan biasanya ikan tongkol, udah, ikan lele atau yang lainnya biasanya orang Aceh dimasak dengan rasa asam keueng. Asam yang digunakan adalah asam sunti, yaitu asam yang dibuat dari buah belimbing wuluh yang sudah dikeringkan.

3. Masak Mirah, ini masakan paling banyak ditemukan bila ada pesta perkawinan atau kenduri lainnya atau pada hari tradisi ”meugang” menyambut kedatangan bulan puasa atau menjelang hari raya puasa. Pada hari itu orang Aceh pasti akan beli daging lembu atau kerbau untuk dimasak sebagai pertanda puasa atau hari raya puasa besok akan datang. 
Bila anda datang ke Aceh pada masa seperti itu, anda pasti akan temukan aroma masakan daging dihampir seluruh rumah di Aceh. Nah, pada saat seperti itu salah satu menunya adalah ”masak mirah”. Daging sapi atau kerbau atau juga ayam kampung pakai bubuk cabe merah yang sudah dikeringkan terlebih dahulu. Sehingga warna khas dari masakan itu terlihat dan pasti akan menambah selera makan orang Aceh.

4. Masak Puteh, ini juga menggunakan daging, bisanya sapi atau lembu tapi kadang juga bebek. Masakan ini tidak pakai cabe, tetapi sebagai penambah rasa pedas digunakan lada, tidak lupa kapulaga dan tidak boleh menggunakan kelapa gonseng merah tetapi harus kelapa gonseng putih. Semua bumbu harus digiling halus.

5. Sie Itek, saat ini sangat banyak ditemukan di kota Banda Aceh atau kota-kota kabupaten lainnya. Biasanya sie itek (daging bebek) dijual untuk makam malam.

6. Sie Ruboh, ini menu khas orang Aceh Besar. Sie Ruboh ini terbuat dari daging sapi yang telah di awetkan dengan cara direbus pakai cuka terlebih dahulu. Rebusan daging ini bisa memakan waktu lama. Setelah itu dagingnya di masak kembali atau juga digoreng sesuai selera kita. Sie reuboh ini dapat bertahan hampir satu tahun. Orang Aceh besar merantau biasanya setiap tahun ada kiriman sie ruboh dari orang tuanya di kampung.

7. Gulee Keumamah. Keumamah ini adalah ikan tongkol yang sudah diawetkan secara pemanasan. Selain keumamah juga dikenal sebagai ikan kayu karena memang mirip dengan kayu kalau kita lihat.

8. Eungkot Paya, jadi masakan khas ikan payau dengan menggunakan bumbu khas. Ini juga banyak ditemukan di daerah Aceh Besar.

9. Asam Drien, masakan khas ini biasanya ditemukan di daerah Aceh Barat Selatan, juga ditemukan dibeberapa tempat di sumatera. Asam drien dikenal juga dengan tempoyah memang sangat disukai oleh masyarakat Aceh Barat Selatan.

10. Asam udeueng (udang), ini biasanya dibuat seperti sambal. Udang sungai atau udang laut yang sudah direbus terlebih dahulu kemudian digiling menggunakan cabe dan menggunakan asam belimbing wuluh (boh limeng) yang masih segar. Belimbing yang masah segar ini adalah ciri khas dai asam udeung ini. Biasanya menjadi menu pada saat orang Aceh berladang.

11. Tumeh Engkot Muloh, ini makanan sangat khas di Aceh utara dan sekitarnya. Di daerah itu, bila ada pesta perkawinan di daerah Aceh Utara dan Sekitarnya itu, Tumeh Engkot Muloh menjadi menu utama. Bahkan masakan daging tidak ada bila menu utama Engkot Muloh.

12. Ayam Tangkap, masakan ini merupakan beberapa tahun terakhir terdengar di Aceh. Bahkan dapat diperoleh pada warung khas yang memang menu utamanya ada Ayam Tangkap. Ayam Tangkap, satu ayam digoreng menggunakan
bumbu yang digoreng bersamaan dengan daun biasanya daun teumeurui tadi. Memiliki rasa yang cukup khas juga.

13. Mie Aceh juga telah menjadi makanan favorit masyarakat Aceh dan mulai digemari oleh berbagai masyarakat di luar Aceh. Mie Aceh yang terdiri dari Mie Rebus, Mie Goreng dan Mie Goreng Basah diberi campuran sayuran dan berbagai bahan rempahan lainnya, seperti bawang putih, bawang, cabai merah, dll. Untuk menambah kenikmatan, Mie Aceh juga dapat dicampur dengan kepiting, udang, telur, cumi-cumi dan daging sapi sesuai selera konsumen. Mie Aceh yang memiliki rasa khas ini dapat ditemukan dengan mudah di kota lainnya, seperti di Jakarta dan Bandung, meskipun rasanya sudah dimodifikasi dengan selera masyarakat setempat.

Sumber (Originalitas) : 
  1. http://wisata.kompasiana.com/jalan-jalan/2010/03/30/sepintas-wisata-kuliner-aceh
  2. http://www.acehtourismagency.com/index.php op=view_makanan_minuman&id=2&daftar =_menu