Pariwisata
telah menjadi sebuah industri yang sangat penting dan strategis dalam
rangka mendukung pembangunan sebuah bangsa atau daerah melalui
pemberdayaan perekonomian dan penciptaan lapangan pekerjaan baru bagi
masyarakat. Berbagai potensi yang ada di daerah yang memiliki keunikan
serta nilai tambah terus dibangun dan dikembangkan dalam bentuk
keindahan alam, atraksi budaya, sejarah masa lalu, keramah-tamahan
masyarakat serta masakan khas daerah atau “wisata kuliner”. Wisata
kuliner atau “Culinary Tourism” adalah sebuah industri yang baru
berkembang dan telah berhasil menarik minat wisatawan untuk menambah
pengalaman dan tantangan dengan menikmati berbagai jenis makanan sebuah
daerah yang memiliki keunikan dan kesan tersendiri pada saat melakukan
perjalanan wisata “the pursuit of unique and memorable culinary
experience of all kinds, often while travelling (Erik Wolf, 2006)”.
Wisatawan
yang berkunjung ke sebuah daerah tujuan wisata dapat menikmati berbagai
jenis makanan dan minuman dengan rasa dan aroma yang khas yang
disediakan oleh tuan rumah. Namun, hal yang dianggap penting dan perlu
diperhatikan oleh tuan rumah dalam upaya menambah kesan positif serta
pengalaman bagi wisatawan yang datang adalah dengan memperlihatkan
secara langsung kepada wisatawan proses pembuatan makanan yang dikatakan
“special dan khas” tersebut serta membangun kesan keramahan melalui
interaksi masyarakat lokal dengan wisatawan.
Melalui
promosi wisata kuliner selain jenis pariwisata lainnya, masyarakat
lokal dapat menambah pendapatan, membangun tanggung jawab moral untuk
memelihara khazanah masakan khas daerah, sekaligus menciptakan lapangan
pekerjaan baru bagi masyarakat. Namun demikian, produk masakan khas
daerah perlu disediakan dengan mengutamakan pelayanan menarik, unik,
alami, higenis dan cepat, sehingga akan menambah kesan positif dan
menarik minat wisatawan untuk datang.
Aceh
yang terletak di kawasan paling barat Republik Indonesia dengan
berbagai kekayaan dan keanekaragaman sumber daya alam, dari hutan tropis
yang luas dan lebat, sumber daya laut dan sungai, pertanian, perkebunan
sampai peternakan, memiliki berbagai jenis masakan tradisional dengan
resep masakan berasal dari warisan nenek moyang “indatu” yang disebut
“Makanan Khas Aceh”. Masyarakat Aceh yang mayoritas beragama Islam pada
umumnya mengkonsumsi nasi yang dipadu dengan beberapa jenis makanan
utama lainnya, seperti sayuran, ikan, daging lembu, daging kerbau,
daging kambing, daging ayam, daging itik, dan lain-lain.
Wisata
kuliner Aceh yang terdiri dari makanan dan minuman khas Aceh dapat
dijumpai dengan mudah pada berbagai tempat di Aceh yang berkisar dari
produk mie, ikan (laut, sungai dan danau), kari (ikan, kambing, ayam kampung, bebek, lembu, angsa, domba dan rusa),
ikan kayu, sayur-sayuran, kue khas Aceh, kopi dan bandrek. Masakan khas
Aceh, seperti Mie Aceh dan Kari Aceh telah menjadi icon kuliner kuliner
Aceh karena menggunakan bahan utama yang berasal dari tanah Aceh,
seperti bahan rempahan.
Keunikan Makanan Khas Aceh
Masakan
khas Aceh yang berbentuk makanan dan minuman sudah mulai terkenal dan
menjadi pangsa pasar baru yang menjanjikan bagi masyarakat Aceh. Makanan
khas Aceh mulai digemari oleh siapapun yang berkunjung ke Aceh karena
keunikan dan kelezatannya serta keunikan dalam pembuatannya. Pada
umumnya, makanan Aceh tidak menggunakan bahan penyedap atau bahan
pengawet yang dapat membahayakan kesehatan tubuh, melainkan menggunakan
sumber bahan alami dan segar yang berasal dari tanah Aceh. Resep makanan
khas Aceh yang berasal dari warisan nenek moyang Aceh “indatu” dengan
rasa dan aroma yang unik masih terus dikembangkan dan dipelihara sampai
sekarang. Meskipun, beberapa daerah lainnya juga memasak makanan yang
sama (makanan khas Aceh), namun rasa dan aromanya masih sangat jauh
berbeda.
Makanan
khas Aceh juga dipercaya dapat menambah stamina, sekaligus dapat
menyembuhkan penyakit karena bahan utama yang digunakan untuk memasak
mengandung berbagai jenis rempah-rempah dan tumbuh-tumbuhan tertentu
yang hanya tumbuh di Aceh, seperti kayu manis, lengkuas, jahe, kunyit,
serai, cenkeh, belimbing wuluh, asam sunti (belimbing wuluh yang
dikeringkan dan diperam dengan garam), batang pisang muda, bunga kala,
dll. Makanan khas Aceh selain dimasak untuk konsumsi keluarga di rumah,
juga dapat dinikmati pada beberapa restauran atau warung di Aceh dan di
beberapa kota besar, seperti di Medan, Jakarta, dll. Juga makanan Aceh
dapat dinikmati secara gratis pada hari-hari besar agama Islam dan
kebudayaan, seperti perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, pesta perkawinan,
mek meugang, syukuran maupun pesta-pesta rakyat lainnya. Dijamin tidak
seorang pun yang dapat menahan keinginannya untuk tidak menikmati
makanan Aceh, seperti Mie Aceh dan Kari Kambing. Bahan makanan khas Aceh
umumnya bersumber dari sumber daya laut, pertanian, perkebunan,
perternakan, perkebunan, sungai/danau dan beberapa jenis burung.
Jenis
makanan yang berasal dari laut atau sungai dapat berupa ikan hiu, ikan
tuna, ikan karang, cumi-cumi, udang, kepiting, jenis ikan sungai, dll.
Jenis makanan yang berasal dari pertanian terdiri dari dedaunan
(palawija), beras, kala, daun dan bunga pepaya, pisang muda, batang
pisang muda, jantung pisang, dll. Jenis makanan yang berasal perkebunan
terdiri dari buah nangka muda, dll. Sementara, jenis makanan yang
berasal perternakan terdiri lembu, kambing, itik, domba, ayam kampung,
kerbau, rusa, angsa dan beberapa jenis burung lainnya. Semua produk alam
tersebut dapat digunakan sebagai bahan utama pembuat makanan khas Aceh,
seperti kari kambing, mie Aceh, mie caluk, tumis, sup Aceh “asam
keuung”, ikan kayu, kuah pliek, kanji rumbi, dendeng Aceh, sate matang,
dll. “Rujak Aceh” yang berasal dari berbagai buah segar juga sangat
menantang untuk dicoba setelah menikmati makanan utama dengan rasa
sedikit pedas.
Pasca
konflik dan Tsunami, khususnya selama berlangsungnya Proses
Rekonstruksi Aceh telah muncul trend atau kebiasaan baru bagi
masyarakat, khususnya masyarakat pendatang untuk melakukan kegiatan
makan di luar rumah dengan menu utamanya adalah masakan dan minuman khas
Aceh. Meskipun demikian, mengingat Aceh telah terbuka bagi wisatawan
asing, beberapa restauran yang menyajikan berbagai jenis makanan daerah
dan luar negeri (Padang, Cina, Eropah) juga tersedia di Aceh, seperti
restauran Padang, Sahid Mina Restaurant, Banda Seafood Restaurant, Kebab
Turkey, Pizza Hut, Texas Chicken, KFC, AW, dll. Namun, makanan khas
Aceh tetap menjadi makanan yang sangat digemari karena rasa dan
kelezatannya. Berikut deskripsi beberapa makanan khas Aceh yang telah
terkenal, sekaligus menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Aceh:
“Mie
Aceh” juga telah menjadi makanan favorit masyarakat Aceh dan mulai
digemari oleh berbagai masyarakat di luar Aceh. Mie Aceh yang terdiri
dari Mie Rebus, Mie Goreng dan Mie Goreng Basah diberi campuran sayuran
dan berbagai bahan rempahan lainnya, seperti bawang putih, bawang, cabai
merah, dll. Untuk menambah kenikmatan, Mie Aceh juga dapat dicampur
dengan kepiting, udang, telur, cumi-cumi dan daging sapi sesuai selera
konsumen.
“Kari
Aceh” adalah jenis makanan khas Aceh yang paling digemari di Aceh dan
“Kuah Beulangong” dalam Bahasa Aceh dan “Kuah Beulanga” dalam Bahasa
Indonesia. Kari Aceh memiliki rasa yang sedikit pedas yang berwarna
kuning. Terdapat empat jenis masakan kari Aceh dengan bahan utama yang
berbeda, yaitu kari kambing, kari daging lembu, kari itik dan kari ayam.
Santan buah kelapa dan berbagai bahan masakan lainnya, seperti buah
nangka, atau buah pisang muda, cabai merah, cabai keling, kelapa
gongseng, dll. merupakan bahan-bahan utama yang menjadikan masakan kari
Aceh menjadi istimewa. Dalam banyak kesempatan, kari Aceh dimasak secara
tradisional dengan menggunakan sebuah belanga besar yang dirancang
khusus. Pada umumnya, hanya orang-orang lelaki dewasa yang memiliki
keahlian memasak yang mampu memasak masakan kari, sehingga akan menjadi
daya tarik dan pengalaman tersendiri bagi wisatawan untuk berkunjung.
“Ikan
Kayu” atau “Kemamah” merupakan masakan khas Aceh lainnya dengan cita
rasanya yang sangat menantang. Persis seperti bentuknya, ikan kemamah
terbuat dari ikan tuna yang telah direbus dan dikeringkan yang kemudian
diiris-iris. Ikan kemamah dapat dimasak dengan menggunakan berbagai
bahan masakan, seperti santan kelapa, kentang, cabai hijau dan bahan
rempahan lainnya. Selama perang Aceh melawan Belanda di hutan belantara,
jenis masakan ini sangat terkenal karena sangat mudah dibawa dan
dimasak.
“Mie
Caluk” berbeda dengan mie Aceh yang digoreng atau direbus. Mie caluk
juga menjadi masakan favorit masyarakat Aceh karena mie ini menggunakan
saus atau bumbu kacang. Bahan-bahan yang digunakan untuk pembuatan mie
caluk juga menggunakan bahan rempahan, sehingga rasa dan aromanya sangat
khas dan menggoda. Aceh juga memiliki beberapa jenis makanan penganan
khas lainnya, seperti Kekarah, Timphan, Adee, kueh supet, dll. Semua
jenis penganan tersebut memiliki rasa, bentuk serta bahan yang
berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya.
“Kekarah”
adalah jenis penganan tradisional Aceh yang berasal dari Aceh pesisir
yang dulunya sering dibuat untuk kegiatan pesta perkawinan, kenduri
ritual adat dan bingkisan untuk kunjungan silaturahmi dengan sesama
anggota keluarga dan kerabat di kalangan masyarakat Aceh pada Hari Besar
Islam (Hari Raya). Sekarang Kekarah dapat jumpai dan dinikmati dimana
saja dengan aroma dan rasa yang unik, baik di warung kopi ataupun di
toko-toko makanan. Kekarah akan terasa sangat lezat bila dinikmati
dengan kopi Aceh yang hangat bersama anggota keluarga dan teman-teman.
“Timphan”
adalah penganan khas Aceh yang sering dibuat pada hari-hari besar agama
Islam, seperti menyambut datangnya Hari Raya Idul Fitri dan Idul Adha.
Penganan ini dibuat dari adonan tepung, telur dan parutan kelapa serta
dibalut dengan daun pisang muda yang segar. Timphan sangat terkenal di
Aceh serta menarik masyarakat Aceh yang berada di luar Aceh untuk “rindu
kampung” dan pulang ke Aceh, khususnya pada saat hari besar agama
Islam, seperti Hari Raya Idul Fithri dan Hari Raya Idul Adha. Banyak
ungkapan atau peribahasa dengan kata Timphan, seperti “Uroe got buleun
got timphan ma peugoet beumeutemeng rasa” (Hari baik bulan baik timphan
ibu buat harus dapat kurasakan).
“Adee”
jenis penganan yang berasal dari Pidie Jaya yang dulunya juga sering
dibuat untuk kegiatan keagamaan, pesta perkawinan, kenduri ritual adat
dan bingkisan untuk kunjungan silaturahmi dengan sesama anggota keluarga
dan kerabat di kalangan masyarakat Aceh, khususnya Hari Besar Islam
(Hari Raya). Adee yang terbuat dari adonan tepung, telur dan santan
kelapa memiliki rasa dan aroma yang lezat dan telah terkenal sebagai
bingkisan oleh-oleh dari Aceh. Adee dapat dijumpai dan dinikmati dimana
saja di Banda Aceh dengan aroma dan rasa yang unik atau di tempat
asalnya di Pidie Jaya sambil melihat langsung proses pembuatan Aceh
secara tradisional.
Jenis
minuman khas Aceh selain makanan adalah kopi dan bandrek. Aceh Tengah
dan Bener Meriah yang berada pada ketinggian 1500 m dpl dengan udaranya
yang sejuk tdengan perkebunan kopinya yang terhampar luas. Kopi yang
dihasilkan oleh daerah-daerah tersebut sudah sangat terkenal di luar
Aceh dan luar negeri yang terdiri dari jenis kopi Arabica dan Robusta
dengan kualitas ekspor.
Kopi
Aceh terkenal sangat istimewa dan lezat. Kopi telah menjadi minuman
utama masyarakat Aceh setiap harinya, baik di rumah, di kantor atau pada
berbagai acara pertemuan. Masyarakat Aceh akan kehilangan selera
makannya bila tidak mengkonsumsi kopi. Tidak mengherankan bahwa Aceh
selain dikenal dengan ”ratusan bangunan mesjid”, juga dikenal dengan
”ratusan warung kopi”. Minum kopi bagi masyarakat Aceh telah menjadi
bagian dari kegiatan sosial. Dengan minum kopi dipercayakan dapat
mempererat hubungan silaturahmi dan persahabatan, sekaligus hiburan.
Pasca
konflik dan selama Proses Rekonstruksi Aceh, kopi Aceh semakin diminati
oleh para pendatang, khususnya masyarakat internasional yang sedang
melakukan kegiatan sosial di Aceh. Tidak mengherankan, diluar jam kantor
atau hari-hari libur, banyak kaum muda-mudi Aceh, anggota keluarga dan
para pekerja melakukan pertemuan dan percakapan di warung-warung kopi
yang terkenal di Aceh sambil minum kopi dan penganan khas Aceh.
Kelezatan kopi Aceh telah terkenal di luar Aceh dan luar negeri serta
telah menjadi daya tarik tersediri bagi mereka yang akan berkunjung ke
Aceh. Akibat kopi Aceh semakin terkenal, maka permintaan kopi Aceh, baik
sebagai seoleh-oleh atau untuk tujuan bisnis juga mengalami
peningkatan, khususnya masyarakat di luar Aceh.
Kota
Banda Aceh adalah salah satu kota terkenal untuk berbagai jenis makanan
khas Aceh. Sebagai Ibukota Provinsi Aceh, Banda Aceh memiliki beberapa
lokasi wisata kuliner yang sering dikunjungi oleh masyarakat. Khusus
untuk malam hari juga terdapat sebuah tempat khusus yang dirancang
dengan baik sebagai lokasi wisata kuliner Aceh yang diberi nama “Rex
Peunayong”.
Rex
Peunayong adalah sebuah kawasan terbuka dan telah menjadi sebuah tempat
yang sangat strategis dan ramai dikunjungi oleh masyarakat Aceh dan
pengunjung lainnya untuk menikmati suasana malam di Banda Aceh,
sekaligus menikmati berbagai makanan khas Aceh. Rex Peunayong merupakan
sebuah kawasan yang dekat dengan pusat pertokoan dan penginapan.
Berbagai makanan hangat juga tersedia di Rex Peunayong dari mie Aceh,
kerang rebus, sate padang, nasi goreng, ayam goreng sampai kepada
martabak Aceh. Rex Peunayong juga menyediakan berbagai minuman,
dari kopi Aceh, teh, jus buah-buahan segar sampai kepada minuman
tradisional untuk kesehatan, sekaligus menghangatkan tubuh, seperti bandrek susu dan minuman herbal (jamu) lainnya.
Selain
di Rex Peunayong, pada siang harinya di kawasan Banda Aceh dan Aceh
Besar, khususnya di Rumah Makan Khas Aceh juga menyediakan berbagai
makanan khas Aceh, seperti kari kambing, ayam tangkap, ikan bakar, sate
matang, ikan kayu, dll. Banyak masyarakat di luar Aceh yang berkunjung
ke Aceh selalu menanyakan Rumah Makan Khas Aceh untuk menikmati berbagai
masakan khas Aceh yang sedikit lebih pedas.
Kenikmatan
dan kelezatan makanan kas Aceh tidak diragukan lagi, dan semakin
digemari oleh siapa saja yang datang ke Aceh. Fakta kenikmatan makanan
Aceh tersebut telah diungkapkan dan dinyatakan oleh Bondan Winarno,
seorang pelopor wisata kuliner Indonesia dengan ungkapan enaknya “ehm mak yoooos”.
Blognya bagus
BalasHapusTeton Bites Iron Alloy Tinium Bites Iron Clay
BalasHapusTeton Bites Iron Clay Copper titanium vs steel Alloy TINium titanium ore Aluminum Aluminum Aluminum Aluminum Gold. This durable steel barber pole allows titanium keychain your workmanship to be $3.95 titanium nose hoop · In stock 2014 ford fusion energi titanium
browse around this site sex doll,sex chair,sex doll,sex toys,custom sex doll,realistic dildo,vibrators,bulk sex dolls,sex toys linked here
BalasHapus